Monday, May 18, 2009

Krisis Ekonomi Jepang saat ini

Di Jepang , selama tahun 2008 ( sejak krisis moneter di USA ) hingga hari ini ( tahun 2009 ) mulai terlihat efeknya berimbas pada perekonomian riil di Jepang. Cukup banyak pabrik , perusahaan raksasa yang mulai " pingsan" , jangan ditanya bagaimana dengan kondisi perusahaan menengah dan kecil . Pokoknya semua terkena efek dari krisis yang melanda di Jepang .

Satu hal pasti ada kenaikan cukup drastis dari angka bunuh diri di Jepang akibat krisis ekonomi ini . Direktur sebuah saluran hotline menyatakan kewalahan mengatasi lonjakan drastis dari orang- orang yang ingin bunuh diri . Padahal seperti yang diketahui angka bunuh diri di Jepang termasuk tertinggi di dunia . Sungguh mengenaskan cukup banyak korban PHK dan bahkan pemilik perusahaan yang putus asa dan ujung-ujung-nya bunuh diri .

Bukan masalah bunuh diri yang ingin saya bahas, lonjakan drastis angka bunuh diri adalah salah satu efek akibat krisis di Jepang .

Para pakar ekonomi di Jepang memprediksi akibat krisis ekonomi akan terjadi PHK ( Pemutusan Hubungan Kerja ) sekitar 300. 000 orang . Saya yang membaca di banyak mass media hanya sanggup tertegun, mengerikan sekali. Terbayang dalam benakku berarti ada lebih dari 300. 000 keluarga yang akan kehilangan sumber penghasilan .

Sekedar informasi, di Jepang kalau anda tidak punya pekerjaan berarti anda tidak ada penghasilan. Bagaimana anda akan bertahan hidup di Jepang yang biaya hidupnya termasuk tinggi di dunia? Akibatnya banyak orang yang putus asa dan memilih jalan bunuh diri . Bayangkan kalau di saat musim dingin, tidak mempunyai tempat tinggal atau diusir keluar dari apartemen ( karena tidak mampu membayar biaya sewa) . Apakah anda sanggup tidur di luar sementara suhu udara mencapai minus 2 derajat celcius ?

Saat ini jumlah homeless di Jepang dipastikan akan bertambah akibat banyaknya PHK . Homeless di Jepang berbeda dengan di Indonesia . Dimana pengemis di Indonesia masih mau mengemis di jalanan , misalnya ngamen atau mengulurkan tangan minta bantuan , mengandalkan belas kasih dari pejalan kaki . Homeless di Jepang harus kerja kalau tidak akan makan darimana ? Homeless di Jepang berarti apa-apa benar- benar tidak punya .

Tentu saja pemerintah juga tidak tinggal diam melihat kondisi parah ini . Biasanya tiap pemerintah daerah menyediakan tempat tinggal sementara dan jatah makan untuk korban PHK . Pemerintah daerah juga langsung berusaha turut tangan membantu korabn PHK untuk segera mendapatkan pekerjaan pengganti . Tentu saja pekerjaan sementara alias darurat ini jauh memadai dari pekerjaan yang sebelumnya dilakukan korban PHK . Akan tetapi minimal untuk sementara waktu ( tenggang waktu beberapa bulan ) korban PHK bisa segera bangkit mencari pekerjaan pengganti ditengah masa krisis ini . Luar biasa cekatan pihak pemerintah daerah .

Ada satu kejadian yang terekspos di TV , salah satu korban PHK ( homeless ) ditemukan polisi sedang tiduran di bangku taman padahal saat ini Jepang sedang musim dingin, dimana saat malam cuaca bisa sekitar minus 1 - 2 derajat Celcius . Ini kalau daerah yang rada " hangat " seperti saya tinggal , coba kalau tinggal di daerah Hokkaido .

Polisi menegur pemuda korban PHK tersebut , Kenapa tidur di bangku taman ? Jawab si Pemuda , " Saya tidak punya tempat tinggal , baru saja terkena PHK , dikantong uang tinggal 95 yen " . begitu mendengar keluhan dari si Pemuda , pak polisi segera membawa si pemuda ke kantor pemerintah untuk mendapatkan bantuan sementara waktu, baik tempat tinggal dan jatah makanan plus kerjaan sementara yaitu kerja di perkebunan jeruk .

Pihak pemerintah Daerah hanya berkomentar , " Sekarang kondisi ekonomi memburuk , apa yang bisa kami kerjakan buat menolong masyarakat yang terimbas krisis ini , segera dikerjakan , jangan ditunda lagi . Tidak perlu menunggu bantuan dari pemerintah Pusat , tokh pemerintah pusat juga sudah kewalahan menghadapi banyak masalah " .

Saya yang mendengar hanya bisa membatin " Pantas masyarakat Jepang bisa bertahan di kondisi yang sedang parah seperti ini karena masyarakat dan pemerintahnya kompak, bahu membahu , dan tidak saling menyalahkan tetapi langsung kerja . Apa yang bisa dikerjakan langsung dikerjakan , tanpa menunda-nunda lagi . "

Balik lagi ke Jepang. Saat ini hampir setiap hari berita di koran banyak memberitakan perusahaan yang mulai " coma" alias tutup dan mulai melakukan PHK . Banyak kisah sedih pegawai -pegawai kontrakan yang gelisah akibat masa depan yang tidak menentu .

Perusahaan raksasa SONY akan segera merumahkan ( istilah yang agak halus ) pegawainya sekitar 8.000 orang lebih , menyusul perusahaan " TOYOTA" termasuk grupnya sekitar 3000 orang dan tidak ketinggalan perusahaan raksasa otomotif yang lain yaitu Nissan sekitar 1500 orang . Terakhir kejutan dari HONDA sekitar 1500 orang . Korban PHK ini dihitung dari jumlah pegawai yang tersebar di seluruh dunia , jadi bukan hanya PHK di Jepang saja . LUAR BIASA , sedih plus prihatin banyaknya korban PHK .

Kejutan yang lain di dunia akademik , dihapusnya " Naitei " oleh banyak perusahaan . (Naitei ) semacam janji bagi mahasiswa tingkat akhir untuk segera dapat bekerja di Perusahaan , dimana biasanya kelulusan dilakukan pada bulan April tahun depan . Mudahnya, semacam jaminan bahwa sudah ada pekerjaan yang sudah menunggu setelah lulus . Akibatnya bisa dibayangkan betapa kecewanya calon lulusan yang mendadak dibatalkan , tidak bisa diterima kerja padahal setahun sebelum kelulusan mereka sudah di pastikan bisa bekerja di Perusahaan ybs .

Apa boleh buat , krisis yang melanda Jepang membuat banyak Perusahaan kelabakan untuk sekedar " mempertahankan hidup perusahaan " saja sudah setengah mati . Ini juga berimbas ke daya beli / konsumsi masyarakat Jepang .

Masyarakat Jepang sebenarnya sudah tergolong " HEMAT " dalam hidup , dikarenakan biaya hidup di Jepang yang tinggi . Di sisi lain juga masyarakat Jepang senang jalan-jalan ( alias tour ) , coba lihat banyaknya turis Jepang di seluruh mancanegara . Akan tetapi akibat krisis ekonomi ini , masyarakat Jepang mulai berpikir seribu kali unuk " buang duit " . Intinya , masyarakat Jepang mulai "mengencangkan ikat pinggang" kalau ingin bisa lolos selamat dari krisis ini .

Di banyak mass media, banyak pakar ekonomi yang mengingatkan masyarakat Jepang untuk berhati- hati dan jangan gampang menghamburkan uang ( Yen ) . Alasannya , masa krisis akan lebih lama . Otomatis , banyak masyarakat Jepang yang mulai mengurangi belanja produk- produk ,hanya membeli keperluan yang mendesak . Misalnya , pangan . Siapa yang bisa bertahan hidup tanpa makan bukan ?

Sebenarnya banyak alasan yang membuat masyarakat Jepang semakin " hemat " , antara lain , ancaman PHK yang bisa terjadi pada siapa saja , kondisi keuangan keluarga , masalah uang pensiunan yang tidak kunjung selesai , juga adanya rencana dari PM Taro Aso untuk menaikkan pajak . Hal inilah yang membikin masyarakat Jepang bertahan mati-matian untuk hemat .

Satu waktu saya bertanya beberapa kenalan orang Jepang juga gaijin ( orang Luar negeri yang kebetulan tinggal di Jepang ) , " Apa yang akan anda lakukan seandainya mendapatkan BLT ( Bantuan Uang Tunai ) dari Pemerintah Jepang ?" Sekedar informasi tambahan , BLT ( rencana sekitar 2 trilyun yen ) masih dalam perdebatan dalam pemerintahan Jepang , " Apakah betul BLT efektif untuk mendorong daya beli / konsumsi masyarakat Jepang ? " Jawaban dari mereka cukup mengejutkan .

Rata - rata manula menjawab , BLT tidak akan dibelanjakan segera , disimpan buat tabungan , hanya saat kepepet ( terdesak ) baru dipakai BLT dari Pemerintah . Yang lain menjawab , lihat kondisi karena krisis ekonomi tidak akan segera berakhir .

Aku sendiri kalau dapat BLT juga tidak dihamburkan buat hal- hal yang tidak perlu , pastinya akan kupegang erat-erat dan mikir seribu kali buat buang duit . BLT kalau sudah habis dibelanjakan , pastinya tidak ada BLT II , III , dsb bukan ? Memangnya BLT itu uang yang diturunkan dari langit ? BLT juga di dapat dari pajak masyarakat yang sekarang di kembalikan lagi buat menolong rakyat . Logis bukan ?

Pihak TV swasta tidak ketinggalan menyelenggarakan polling, talk show , plus menanyai langsung orang- orang yang sedang berjalan . Pokoknya perdebatan yang sangat ramai hingga detik ini belum terealisir BLT ini .

Yang terakhir yang ingin saya tulis , saat ini nilai mata uang Yen terhadap dollar terus menguat , kalau orang Jepang bilang " Entaka " . Banyak pebisnis di luarnegeri yang yakin dan percaya bahwa kekuatan ekonomi Jepang , akibatnya mata uang Yen banyak diuber .

Yang paling senang saat bepergian keluar negeri , nilai tukar mata uang Yen yang tinggi membuat harga barang-barang di luar negeri jadi murah meriah . Lihat saja banyaknya brosur tour ke luar negeri yang banting harga murah meriah . Akan tetapi tetap saja masyarakat Jepang tidak banyak melirik kesempatan tour murah meriah ini . Bagaimana bisa mendongkrak daya beli masyarakat Jepang ?

itulah kondisi Jepang saat ini , intinya sama saja dengan negara lain terkena imbas krisis yang berawal dari USA .

Saya percaya akan kekuatan Jepang untuk mampu bangkit dari krisis ekonomi ini, hanya masalahnya butuh waktu berapa lama untuk pulih dari keterpurukan ekonom ini . Banyak hal- hal positif yang membuat Jepang mampu bangkit kembali .

Sumber :

Surat kabar Asahi , surat kabar Yomiuri , NHK - TV , Tokyo TV , Magazine

No comments:

Post a Comment