Thursday, August 13, 2009

deepato-di Jepang

Bersatunya Departement store dijepang yang disebut hyakaten atau disingkat menjadi depaato) yang cukup besar di Jepang yaitu Daimaru, peringkat ke-4 dalam omset penjualan dan Matsuzakaya peringkat ke-8 dalam omset penjualan. Daimaru berpusat di Osaka (meski lahir di Kyoto) sedang Matsuzakaya berpusat di Nagoya. Keduanya mempunyai cabang beberapa di luar wilayah berkembangnya. Misalnya Daimaru mempunyai 16 buah cabang dan bisa ditemui sampai Kota Sapporo di utara Jepang. Tapi di Kansai sendiri keberadaan Daimaru mendapat tantangan berat dari Hankyuu. Sedang Matsuzakaya mempunyai 9 cabang dan tetap mendominasi di daerah asalnya, Nagoya. Merjer ini menyusul merjer Seibu dan Sogo yang telah terlebih dahulu menyatu membentuk Millenium Retailing(peringkat ke-2 dalam omset penjualan).
Jika berbicara depaato di Jepang, terus terang yang agak membuat spesifik dari depaato2 di luar lainnya adalah depachika-nya (tempat penjualan di lantai lantai bawah/basement). Pengalaman mengamati depaato2 Eropa pun depachika mereka tak spesifik betul dijejali oleh makanan dan masakan yang begitu sedap dipandang dan begitu menggoda, seperti di Jepang. Di depachika pula beragam jenis makanan tradisional Jepang secara umum bisa diketahui, apalagi meibutsu atau makanan2 khas daerah setempat selalu mendapat tempat. Lokasi depaato yang strategis (pusat kota dan dekat dengan persinggahan transportasi) sering membuat depachika sebagai tempat tujuan membeli oleh2 (omiyage). Meski begitu, menurut Asosiasi Depaato Jepang Nihon Hyakaten Kyoukai) barang yang paling banyak dibeli adalah pakaian, kedua adalah kosmetik dan barang2 kecantikan lainnya, dan ketiga baru alat2 rumah tangga.
Depaato di Jepang cikal bakalnya sudah cukup lama, misalnya saja Matsuzakaya dirintis sejak tahun 1611 (zaman Edo) atau Mitsukoshi yang dirintis tak lama setelah itu di tahun 1673, dan Daimaru sejak tahun 1717. Takashimaya yang menguasai tempat pertama bisnis depaato di Jepang dirintis sejak tahun 1831. Saat ini memiliki 20 cabang di seluruh negeri. Jadi berdasar catatan sejarah, depaato2 di Jepang pun telah berkembang lama, tak kalah dengan depaato2 lain di luar Jepang. Bahkan, saat ini depaato2 Jepang juga membuka cabang di beberapa negara lain, mulai di Asia sampai Eropa bahkan Amerika. Tapi herannya, depaato2 ini kok imejnya masih terlalu mahal ya, he… hingga untuk masuk pun kadang mikir beberapa kali.
Tapi ada yang menarik lagi, terutama dari catatan sejarahnya, depaato2 di Jepang dibentuk oleh 2 tipe perkembangan yang berbeda. Informasi ini diperoleh ketika pulang makan siang, dan di TV ada pembahasan mengenai tipe perkembangan depaato2 di Jepang ini. Depaato2 lama, macam Takashimaya, Mitsukoshi, Daimaru, dan Matsuzakaya itu terbentuk oleh sistem noren (noren-kei depaato). Noren sendiri adalah tirai pintu (semacam korden). Jadi pada awalnya depaato itu adalah sekumpulan warung2 yang berderet-deret dan dipisahkan/dibedakan dengan tirai2nya. Meskipun dalam satu manajemen, tapi pembedaan tempat penjualan sudah dispesifikasi sedemikian rupa. Menarik juga melihat perkembangan morfologi depaato ini sejak dari sistem noren yang membujur bak pasar tradisional sampai ke tipologi bangunan tunggal bertingkat banyak seperti yang umum terjadi saat ini (misal lantai 1 kosmetik, 2, 3 pakaian wanita, 4 perlengkapan anak, 5 pakaian pria, dst.). Tipe perkembangan yang kedua adalah depaato2 yang berkembang sejalan dengan perkembangan alat transportasi, terutama kereta api (baca Hankyu, Seibu, dan TOD). Ini disebut densha-kei depaato. Hankyuu, Seibu, Tokyuu, Kintetsu, dan lainnya adalah depaato2 yang berkembang dalam tipe ini. Pada umumnya perkembangannya baru dimulai awal tahun 1900-an, atau di saat menjelang berakhirnya Periode Meiji di Jepang.

No comments:

Post a Comment